AS Ancam Tarif Penuh Jika Tak Mau Berunding, Crypto di Ujung Tanduk? Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menerapkan tarif impor, seperti yang terjadi bulan lalu, jika negara mitra dagang menolak bernegosiasi secara jujur. “Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif sesuai dengan yang ia ancamkan bulan lalu jika negara-negara tidak bernegosiasi dengan itikad baik,” ungkap Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam video yang diunggah Reuters pada Senin (19/05). Akan tetapi, pria yang dikenal pro-crypto tersebut tidak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan berunding secara jujur, begitu pula kapan tarif lama akan kembali diberlakukan. Pasalnya, Trump sebelumnya sempat melunak dengan menurunkan tarif untuk sebagaian besar barang impor menjadi 10% selama 90 hari sejak 9 April lalu. Namun, jika pemberlakuan tarif kembali diumumkan, maka langkah tersebut berpotensi memperburuk ketidakpastian ekonomi global. Terlebih lagi, hal itu akan membuat volatilitas di pasar crypto dapat meningkat drastis. Seperti diketahui, Bitcoin (BTC) kerap mengalami lonjakan harga ketika dolar melemah akibat ketegangan perdagangan. Namun, di sisi lain, ketidakpastian yang ekstrem juga bisa membuat investor menarik dananya dari aset berisiko tinggi, termasuk crypto, demi menjaga likuiditas. Sebagai contoh, kala perang tarif sedang panas-panasnya pada awal April lalu, Bitcoin sempat anjlok hingga menyentuh kisaran US$75 ribu. Sementara itu, Ether (ETH) juga ambruk di kisaran US$1.500 pada periode yang sama.
Saya melihat ancaman tarif AS ini sebagai pedang bermata dua bagi pasar kripto. Dalam jangka pendek, ketidakpastian ekonomi global kemungkinan besar akan memicu penurunan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya karena sifatnya yang masih dianggap spekulatif oleh banyak investor. Namun, dalam jangka panjang, jika perang dagang melemahkan dolar atau mendorong inflasi, Bitcoin berpotensi menjadi penerima manfaat sebagai aset alternatif. Sikap pro-crypto Trump bisa menjadi katalis positif, tetapi investor harus tetap waspada terhadap volatilitas yang dipicu oleh kebijakan yang tidak konsisten atau respons balasan dari mitra dagang AS. Dengan kata lain, pasar kripto tidak berada di "ujung tanduk," tetapi sedang menghadapi periode turbulensi yang membutuhkan strategi investasi yang cermat dan disiplin.
Konten ini hanya untuk referensi, bukan ajakan atau tawaran. Tidak ada nasihat investasi, pajak, atau hukum yang diberikan. Lihat Penafian untuk pengungkapan risiko lebih lanjut.
#BTC#
AS Ancam Tarif Penuh Jika Tak Mau Berunding, Crypto di Ujung Tanduk?
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menerapkan tarif impor, seperti yang terjadi bulan lalu, jika negara mitra dagang menolak bernegosiasi secara jujur.
“Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif sesuai dengan yang ia ancamkan bulan lalu jika negara-negara tidak bernegosiasi dengan itikad baik,” ungkap Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam video yang diunggah Reuters pada Senin (19/05).
Akan tetapi, pria yang dikenal pro-crypto tersebut tidak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan berunding secara jujur, begitu pula kapan tarif lama akan kembali diberlakukan.
Pasalnya, Trump sebelumnya sempat melunak dengan menurunkan tarif untuk sebagaian besar barang impor menjadi 10% selama 90 hari sejak 9 April lalu.
Namun, jika pemberlakuan tarif kembali diumumkan, maka langkah tersebut berpotensi memperburuk ketidakpastian ekonomi global. Terlebih lagi, hal itu akan membuat volatilitas di pasar crypto dapat meningkat drastis.
Seperti diketahui, Bitcoin (BTC) kerap mengalami lonjakan harga ketika dolar melemah akibat ketegangan perdagangan. Namun, di sisi lain, ketidakpastian yang ekstrem juga bisa membuat investor menarik dananya dari aset berisiko tinggi, termasuk crypto, demi menjaga likuiditas.
Sebagai contoh, kala perang tarif sedang panas-panasnya pada awal April lalu, Bitcoin sempat anjlok hingga menyentuh kisaran US$75 ribu. Sementara itu, Ether (ETH) juga ambruk di kisaran US$1.500 pada periode yang sama.
Saya melihat ancaman tarif AS ini sebagai pedang bermata dua bagi pasar kripto. Dalam jangka pendek, ketidakpastian ekonomi global kemungkinan besar akan memicu penurunan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya karena sifatnya yang masih dianggap spekulatif oleh banyak investor. Namun, dalam jangka panjang, jika perang dagang melemahkan dolar atau mendorong inflasi, Bitcoin berpotensi menjadi penerima manfaat sebagai aset alternatif. Sikap pro-crypto Trump bisa menjadi katalis positif, tetapi investor harus tetap waspada terhadap volatilitas yang dipicu oleh kebijakan yang tidak konsisten atau respons balasan dari mitra dagang AS. Dengan kata lain, pasar kripto tidak berada di "ujung tanduk," tetapi sedang menghadapi periode turbulensi yang membutuhkan strategi investasi yang cermat dan disiplin.