FOMO (Fear Of Missing Out) adalah kecemasan yang dirasakan investor saat khawatir melewatkan tren kenaikan pasar atau peluang keuntungan, sehingga sering membuat mereka mengambil keputusan investasi secara tergesa-gesa tanpa analisis yang matang. Di pasar aset kripto, FOMO merupakan fenomena psikologis yang sangat lazim, khususnya ketika pasar melonjak tajam atau token tertentu naik signifikan. Pola transaksi yang dipicu emosi ini sering menyebabkan investor membeli di harga tertinggi dan akhirnya menghadapi risiko kerugian besar.
FOMO menjadi faktor penting dalam psikologi pasar, yang langsung berdampak pada volatilitas harga dan likuiditas aset kripto. Saat banyak investor serempak membeli karena FOMO, harga mengalami lonjakan dalam waktu singkat, memperkuat rasa takut ketinggalan dan membentuk siklus penguatan diri. Fenomena ini semakin nyata di era media sosial yang berkembang pesat, di mana investor terus menerima informasi soal orang lain yang mendapat profit dari token tertentu, yang meningkatkan rasa takut tertinggal.
Ciri utama FOMO terlihat pada beberapa hal. Pertama, pengambilan keputusan yang emosional, di mana investor sering mengabaikan analisis fundamental maupun indikator teknis dan hanya mengikuti sentimen serta pergerakan harga jangka pendek. Kedua, transaksi akibat FOMO biasanya dilakukan secara impulsif; investor cenderung menginvestasikan dana tanpa memahami latar belakang proyek, aspek teknis, maupun risiko pasar. Faktor sosial juga menonjol dalam FOMO; tindakan teman, influencer media sosial, atau institusi investasi besar dapat memicu efek ikut-ikutan di kalangan investor individu. Selain itu, FOMO sering terjadi setelah harga sudah naik tajam, ketika investor takut kehilangan kesempatan untung sehingga nekat membeli di puncak harga.
Dari sisi dampak pasar, FOMO sangat berpengaruh terhadap dinamika aset kripto. FOMO tidak hanya mendorong lonjakan harga dalam jangka pendek, tetapi juga menjadi salah satu penyebab utama terbentuknya gelembung pasar. Misalnya, lonjakan harga Bitcoin mendekati US$20.000 pada 2017 dan kenaikan ekstrem berbagai token di 2021 turut dipicu oleh psikologi FOMO. Selain itu, FOMO meningkatkan volatilitas pasar, membuat tren harga makin sulit diprediksi dan menarik lebih banyak spekulan, sehingga tercipta siklus spekulasi. Uniknya, pasar kripto beroperasi 24 jam nonstop, ditambah penyebaran informasi instan via media sosial, sehingga sentimen FOMO bisa menyebar dengan sangat cepat dan memengaruhi perilaku pasar global.
Risiko dan tantangan dari trading FOMO tak boleh diremehkan. Risiko finansial paling jelas; investor berisiko membeli di harga tertinggi lalu terkena koreksi atau bahkan penurunan tajam. Risiko psikologis juga besar, karena keputusan impulsif sering berujung penyesalan, kecemasan, dan tekanan yang memengaruhi mental dan kemampuan mengambil keputusan di masa depan. Selain itu, FOMO berpotensi menyebabkan penyebaran dana ke berbagai token yang sedang tren tanpa strategi investasi yang jelas. Yang lebih berbahaya lagi, pelaku penipuan dan manipulasi memanfaatkan psikologi FOMO untuk menjalankan skema Ponzi atau pump and dump, yang dapat merugikan investor yang tidak waspada.
FOMO merupakan gejala psikologis yang kuat dan meresap di pasar aset kripto. Oleh karena itu, memahami watak dan dampaknya menjadi sangat penting. Investor perlu membangun strategi investasi yang rasional, melakukan riset komprehensif, dan menentukan batas investasi yang jelas sebagai cara efektif untuk melawan pengaruh FOMO. Seiring dengan semakin dewasa pasar aset kripto dan meningkatnya literasi investor, partisipasi di pasar akan menjadi semakin rasional. Keputusan yang sepenuhnya didorong FOMO pun bisa ditekan. Namun, karena FOMO merupakan bagian dari psikologi manusia, fenomena ini kemungkinan besar akan tetap menjadi faktor utama di berbagai pasar keuangan, memengaruhi fluktuasi harga serta perilaku investasi.
Bagikan